Megawati dan Paus Fransiskus di Vatikan Diskusi Hak Anak
Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDIP bakal temui Paus Fransiskus di Vatikan membahas hak anak
2025-02-02 09:45:00 - Berita Dana
Pada Senin, 3 Februari 2025, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, akan bertemu dengan Paus Fransiskus. Pertemuan ini akan berlangsung di Vatikan, Italia, dalam rangka acara World Leaders Summit on Children's Rights.
Menurut Ketua Bidang Luar Negeri DPP PDIP, Ahmad Basarah, pertemuan ini merupakan bagian dari undangan yang diterima Megawati untuk menjadi pembicara di forum tersebut. Forum ini akan dihadiri oleh para pemimpin dunia dan NGO internasional.
Paus Fransiskus, pemimpin Umat Katolik, juga akan berbicara di forum ini. "Dalam forum ini juga Ibu Megawati akan memberikan pandangan terhadap isu yang dibahas," ungkap Basarah.
Megawati direncanakan akan menyampaikan pesan mengenai kepedulian terhadap kemanusiaan, khususnya yang berkaitan dengan hak anak di masa kini. Acara ini akan dibuka oleh Paus Fransiskus, diikuti dengan sesi panel pertama yang akan diisi oleh Megawati dan sejumlah tokoh terkemuka lainnya.
Beberapa tokoh tersebut di antaranya adalah Ratu Rania al-Abdullah dari Jordania, Imam Besar Al Azhar Mesir Ahmed El-Tayeb, Wakil Perdana Menteri Italia Antonio Tajani, dan Menteri Luar Negeri Gambia Mamadou Tangara. Sesi panel ini akan dipandu oleh Sekretaris untuk Hubungan dengan Negara-negara, Msgr. Paul Richard Gallagher.
Megawati juga dijadwalkan untuk bertemu secara khusus dengan Paus Fransiskus. Namun, rincian rencana pertemuan tersebut masih dalam tahap pematangan oleh protokol di Vatikan. Kehadiran Megawati di forum ini menarik perhatian, mengingat ia juga hadir dalam kapasitas sebagai juri Zayed Award, yang diinisiasi oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Mesir Ahmed El-Tayeb.
Dalam kunjungannya ke Roma kali ini, Megawati didampingi oleh putrinya, yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani, serta putranya M. Rizki Pratama. Rombongan juga termasuk Ketua DPP PDIP sekaligus Mantan Menteri PPPA, Bintang Puspayoga, dan Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional St. Petersburg, Connie Rahakundini Bakrie.