Abrasi dan Gangguan Nelayan Akibat Pengerukan Pasir Ilegal Pulau Pari
Dampak aktivitas pengerukan pasir laut berimbas pada nelayan sekitar dengan hilangnya habitat ikan
2025-01-29 16:58:38 - Berita Dana
Ada kabar kurang mengenakkan nih, rekan-rekan. Pulau Pari, salah satu permata di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, sedang menghadapi ancaman serius. Pengerukan pasir laut ilegal oleh PT CPS di pulau ini rupanya memicu abrasi. Hilangnya hutan mangrove dan padang lamun menjadi konsekuensi yang harus dihadapi.
Menurut pengamat Maritim IKAL Strategic Centre, Marcellus Hakeng Jayawibawa, dampak lain yang timbul adalah peningkatan emisi karbon dioksida (CO2). "Ketika hal ini (pengerukan) terjadi maka tentunya ekosistemnya sudah rusak, di situ pastinya ada padang lamun dan mangrove. Salah satu fungsinya untuk bisa menyerap CO2 untuk mengurangi dampak pemanasan global," ujar Marcellus.
Tidak hanya itu, aktivitas pengerukan ini juga berdampak pada nelayan sekitar. Habitat ikan yang hilang seiring dengan dikeruknya pasir laut membuat nelayan kehilangan tempat untuk mencari ikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2023 sebenarnya sudah mengatur tentang pengerukan pesisir. Namun, peraturan ini dinilai melegalisasi kegiatan ilegal di wilayah pesisir. Marcellus berpendapat bahwa peraturan ini lebih memperhatikan aspek ekonomi, sementara aspek hukum dan lingkungan kurang diperhatikan.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sendiri sedang mendalami dugaan tindak pidana yang dilakukan PT CPS. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan KLH, Rasio Ridho Sani, menyatakan bahwa aktivitas pengerukan telah dihentikan dan sedang didalami kerugian lingkungan hidup yang terjadi.
Dampak pengerukan ini bukan hanya dirasakan oleh lingkungan dan nelayan saja, namun juga oleh kita semua. Kerusakan lingkungan berdampak pada perubahan iklim dan keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, mari kita peduli dan berperan aktif dalam menjaga lingkungan kita.